Malam ini malam minggu. Malam yang dinanti-nanti para remaja ABG. Kenapa tidak? Karena pada malam minggu anak remaja biasanya nongkrong atau jalan-jalan atau bisa saja pacaran bagi yang punya pacar. Seperti yang dilakukan Silva. Cewek berumur 18 tahun ini sering banget menghabisakan waktu malam minggunya besama pacarnya Reza.
Mereka berdua baru saja berpacaran, kira-kira baru 3 bulan lamanya. Silva sangat sayang banget ma Reza. Reza juga demikian, tetapi gaya Reza yang sok cool tidak meyakinkan untuk bisa setia. Silva sangat cinta mati ma Reza.
“Udah siap sayang Silva? Ayoo kita jalan.”
Setiap malam minggu Reza menjemput Silva untuk nongkrong bersama teman-temannya atau jalan-jalan berdua saja. Dimata orang-orang yang melihat Reza dan Silva sedang berduaan pasti pada bilang “pasangan yang romantis”. Bagaimana tidak, mereka selalu berdua, kemana-mana selalu berdua, kecuali kalau lagi sekolah saja karena mereka beda sekolah, tapi yaa setiap pulang sekolah mereka juga bersama.
Malam ini terlihat berbeda. Reza mengajak Silva nongkrong bersama teman-teman barunya. Silva belum tau siapa saja yang ada disitu. Silva sangat merasa asing. Orang-orang baru itu sepertinya tidak akan cocok dengan Silva. Silva yang sifatnya sangat kalem dan pemalu itu akhirnya menolak untuk masuk kedalam.
“Aku nggak mau masuk Za.”
“Lohh kenapa? Orangnya asik-asik kok.”
“Aku merasa nggak nyaman aja. Lihat tuh, dandanannya aja kaya gitu.”
Orang-orang yang didalam langsuk melirik kearah Reza dan Silva. Sepertinya mereka memberikan kode untuk masuk.
“Yodah deh, kita jalan-jalan aja.”
***
Dibalik keromantisan mereka ternyata Silva ini belum dibolehin pacaran. Setiap kali jalan ma Reza, Silva selalu berbohong kepada orang tuanya. Silva bilang mau ngerjain tugas lah mau pulang sekolah sore lah ada les tambahan lah. Berbohong dan berbohong terus. Silva sangat takut kalau orangtuanya tahu bahwa Reza adalah pacarnya. Tetapi demi bisa jalan bersama Reza, Silva terus saja berbonhong kepada orang tuanya.
Hari ini tepat 6 bulan mereka pacaran. Reza dan Silva merayakan hari jadinya yang keenam bulan ini disalah satu kafe. Mereka berdua menebarkan senyuman yang tiada habisnya, itu pertanda mereka sangat bahagia.
“Nggak terasa ya Za, kita udah 6 bulan jadian.” Ucap Silva sambil memegang tangan Reza.
“Iya Sil, aku harap seterusnya bisa bersama ampe nikah nanti hehe.” Kata Reza dengan nada bercanda. Padahal suasananya lagi romantic-romantisnya tapi Reza tetep aja bisa guyon.
Mereka berdua lalu makan malam bersama. Setelah selesai makan. Reza memberi hadiah.
“Ini buat kamu Sil.” Kata Reza sambil memeberikan kotak kecil yang mungi.
“Apaan ini Za?” Silva lalu menerima kotak itu dan membukanya. “Wow cantik sekali, makasih banget yaa Za.” Kata Silva sambil mencium pipi kanan Reza.
Isi dari kotak itu adalah boneka Elmo yang sangat lucu, berwarna merah. Silva sangat suka dengan Elmo, setelah itu mereka berdua lalu ngobrol ditemani bintang di langit yang cerah.
“Sil, kepana sih kamu nggak jujur ma orang tua mu aja tentang hubungan kita?”
“Aku takut Za, ntar kalo aku bilang bisa-bisa kita malah pisah. Orang tua ku itu belum ngebolehin aku pacaran. Jadi kita kaya gini dulu aja ya Za.”
“Ya Sil, tapi aku merasa nggak enak aja ma kamu, setiap aku ngajak jalan kamu, kamu slalu bohong dulu ma orang tua mu. Berbohong itu dosa Sil.”
“Besok kalo waktunya udah tepat aku bilang deh ma orang tua ku.”
“Janji yaa.”
“Ya, kalo ada waktu yang tepat.”
***
“Kamu tadi bilang apa ma orang tua mu, kok ampe aku lama banget nunggunya?” kata Reza agak kesal karena nunggu lebih dari setengah jam. Mereka janjian makan siang di luar.
“Maaf deh. Tadi mama aku nggak percaya kalo hari ini aku ada tambahan les.”
“Tuh kan, kamu itu udah kebangetan deh bohongnya. Aku nggak suka Sil.”
“Yaa terus mau gimana Za?”
Mereka berdua bertengkar kecil-kecilan. Suasana menjadi nggak enak. Reza sangat Badmood banget dan Silva juga nggak kalah betenya.
“Mungkin kita akhiri aja Sil, cukup sampai disini. Aku nggak mau pacaran dalam kebohongan. Aku maunya kamu tuh jujur.”
“Apa Za, kita putus?”
“Ya nggak putus, tapi aku maunya aku mau ma kamu lagi kalo kamu dah ngomong jujur soal hubungan kita. Aku nggak akan pacaran selama kamu mau ngertiin aku dan kamu ngertiin apa mau ku. Aku janji Sil.”
“Kok gitu Za?”
“Aku dah nggak tahan dengan kebohongan mu terus menerus. Bongong itu dosa.”
“Tapi aku saying banget ma kamu.”
“Iyaa aku juga kok. TapI aku janji kok Sil, aku nggak akan pacaran dan aku akan nunggu kamu ampe kamu dibolehin pacaran ma orang tua mu.”
Setelah ngomong seperti itu Reza langsung pergi ninggalin Silva sendirian. Tanpa terasa Silva meneteskan air mata.
Silva melanjutkan menangisnya ketika sampai rumah. Semalaman Silva hanya bisa menangis. Silva sms Reza nggak ada balasan. Ditelpon juga nggak diangkat. Ada apa sih Reza? Apa dia bisa buktikan janjinya untuk nunggu aku?
***
“Lo dah putus ma Reza?” Tanya Nina, teman les Silva dan Nina ini temen sekelasnya Reza.
“Belom kok, kita Cuma break aja.” Jawab Silva singkat.
“Yang bener? Tadi dia ada janjian tuh ma Renata mua jalan malam ini. Kayaknya mereka jadian deh.”
“Hah, masa sih?”
“Iya tadi gue denger sendiri kok. Kalo nggak percaya ntar kamu ke Tulip Kafe aja. Gue denger mereka mau kesana.”
Tanpa pikir panjang lagi, pulang les Silva langsung ke Tulip Kafe. Silva ingin membuktikan omongan Nina tadi bener nggak. Kalo emang bener berarti Reza nggak bisa nepatin janjinya.
Setelah nunggu agak lama, ternyata benar omongan Nina tadi benar. Reza jalan berdua ma Renata. Hati Silva terasa hancur berkeping-keping melihat mereka berdua jalan sangat mesra. Silva memutuskan untuk tidak melihatnya lagi. Udah cukup buat bukti kalo Reza nggak bisa nepatin janjinya.
Silva buru-buru untuk keluar dari Kafe dengan menahan tetes air matanya. Tanpa tersadar Silva menabrak seorang cewek.
“Aduh maaf ya.”
“Oh iya, nggak papa. Kok nangis?” Tanya seorang cewek itu dengan penuh perhatian.
“Iya, maaf gue buru-buru.” Jawab Silva.
“Sepertinya Lo butuh teman bicara, mau sharing ma gue?”
Akhirnya Silva menerima tawaran cewek asing itu. Silva belum mengenalnya. Tapi cewek itu mengajak Silva kedalam mobilnya dan langsung meluncur kesebuah Kafe yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Silva. Malam itu juga Silva ingin sekali melampiaskan kekecewaannya.
“Nama Lo siapa?”
“Silva. Lo?”
“Nama Gue Verita, tapi lebih akrab dipanggil Ve. Boleh cerita ada apa sebenernya.” Kata Ve sambil mengambil sebatang rokok yang akan dihisabnya.
“Kok lo ngrokok sih? Kamu kan cewek?” Tanya Silva dengan heran.
“Gue tuh ngrokok buat mencari ketenangan, aku udah ngrokok setahun ini. Kalo aku nggak ngrokok rasanya hampa gitu deh hehe.” Jawabnya dengan santai. “Ayolah mulai bercerita.”
Silva lalu bercerita apa masalahnya yang membuatnya kecewa berat. Silva percaya banget sama Ve yang jadi pendengar. Dari awal sampai akhir Silva bercerita dan yang terakhir Silva sampai nangis.
“Sabar ya Sil. Gue dulu juga sama kayak lo. Cowok itu emang bisanya nyakitin hati cewek. Lo mau tau Sil, kenapa gue sekarang ngrokok? Itu juga karna gara-gara cowok gue mutusin gue. Waktu itu gue sangat frustasi dan akhirnya gue ambil rokok dan gue mencobanya ternyata setelah merokok hati bisa nyaman. Nggak tau deh kenapa bisa begitu.”
“Gue mau coba Ve.”
“Mau rokok?”
Malam itu juga Silva mencoba barang haram itu. Karena Reza juga Silva jadi kecewa berat dan rokok lah teman yang bisa membuatnya tenang.
***
Hari demi hari kelakuan Silva berubah drastic. Silva jadi agak nakal. Silva juga sering keluar rumah bersama teman barunya, Ve. Hari-hari Silva sekarang ditemani oleh rokok. Orang tua Silva tidak mengetahui hal ini. Coba saja kalo sandainya tahu. Mungkin Silva bisa dibunuh.
Reza juga tidak mengetahui kelakuan Silva sekarang. Bagi Silva, semua ini karena Reza. Reza tidak menepati janjinya dan Silva sangat kecewa.
Suatu hari Ve dan Silva ketemuan di Kafe biasanya mereka nongkrong. Hari itu juga Silva lagi bĂȘte karena Silva melihat Reza jalan berdua ma Renata. Malam itu sebelum nunggu Ve, Silva sudah menghabiskan 2 bungkus rokok. Ketika Ve datang,
“Ya ampun Sil, lo dah gila ya?” Kata Ve, sambil geleng-geleng kepala melihat bekas rokok yang dihisab Silva dengan jumlah yang tidak sedikit.
“Biarin gue lah, udah tidak ada cowok yang sayang ma gue.”
“Tapi ini udah kelewatan Sil, masa dalam sejam aja lo dah ngabisain 2 bungkus rokok. Inget kesehatan lo juga Sil.”
“Tapi gue udah nyaman kaya gini Ve, gue tuh tenang kalo udah ngrokok.”
“Udah dehh berhenti Sil, lo bisa sakit.”
“Peduli apa lo sama gue?” Kata Silva dengan nada tinggi. “Lo juga kok yang bikin gue pengen ngrokok.”
“Coba deh inget orang tua lo. Mereka pasti akan nangis kalo ngliat lo seperti ini, seperti malam ini.”
“Diem deh lo, nggak usah bawa-bawa orang tua gue.”
Setelah ngomong seperti itu badan Silva langsung lemas dan tiba-tiba pingsan. Mungkin gara-gara rokok yang dihisabnya. Ve panik melihat Silva yang terjatuh lemah tepat didepannya. Ve minta tolong orang-orang sambil menangis.
***
Begitu Silva tersadar, Silva sudah berada di rumah sakit. Orang tuanya yang menunggunya sampai pagi ini baru tersadar. Kata dokter yang memeriksa Silva hanya terlalu capek dan stress yang sangat tinggi dan juga karena merokok terlalu banyak.
Sebelumnya orang tua Silva sudah mendengar cerita dari Ve, kenapa Silva jadi seperti ini. Orang tua Silva hanya bisa menangis. Ve pagi ini berusaha mencari Reza di sekolahannya. Ve akan meminta tanggung jawabnya yang tidak bisa menepati janji.
“Heh lo yang namanya Reza?”
“Iya, sapa lo? Ada urusan sama gue?”
Ve tidak bisa menahan emosinya. Ve lalu menonjok pipi kanan Reza.
“Heh sapa sih lo braninya langsung nonjok gue.”
“Itu pelajaran buat lo, sekarang Silva, pacar lo itu yang udah lo khianati lagi sakit, dan sakit itu gara-gara lo. Lo ngasih janji palsu ke dia.”
“Mang sakit apa?”
“Nggak usah banyak Tanya, sekarang lo ikut gue.”
Diperjalanan menuju rumah sakit, Ve menceritakan semua yang terjadi pada Silva. Reza hanya terheran aja, kenapa Silva mau nglakuin hal sebodoh itu. Tapi itu emang salah Reza juga. Gue harus minta maaf sama Silva. Batin Reza.
Sesampainya di rumah sakit keadaan Silva sudah cukup membaik. Silva menyadari yang sudah diperbuatnya. Silva sangat menyesal dan hanya bisa minta maaf kepada orang tuanya.
“Silva..” terdengar suara pelan didepan pintu. Tak lain adalah suara Reza.
Silva lalu menoleh, “Reza..”
Reza lalu mendekati Silva dan memeluknya. “Nggak seharusnya kamu nglakuin ini semua. Aku menyesal Sil, aku udah ingkar janji. Sekarang kamu jangan kayak gitu lagi. Berlebihan tau.”
“Aku kecewa ma kamu Za.”
“Aku minta maaf ya.”
Dalam keadaan seperti ini orang tua Silva mau mengerti, kalo Silva itu cinta mati ma Reza. Orang tua Silva lalu memperbolehkan Reza pacaran ma Silva.
***
“Mau lagi Sil?”
“Hahaha nggak aja Ve, ntar gue malah masuk rumah sakit lagi. Sekarang Reza dah balik ma gue.”
“Jangan mencoba rokok lagi lah Ve.” Kata Reza sambil mengambil rokok yang akan dihisab Ve.
“Hahaha” Mereka malah tertawa bersama.