Wabihi nastangin ngala
Ini hikayat daripada menceritakan lagi/ ketika Rasulullah shollallahu
ngalaihi wassalam/. Syahdan maka sekalian kaum Rasulullah itu sekalian/
berangkat karena mengiringkan Rasulullah ke masjid karena hendak/ sembahyang
shubuh, lalu sekalian sembahyang. Kemudian/ daripada sembahyang maka Rasulullah
pergi keluar dari masjid/ karena pulang ke rumahnya seraya diiringkan akan
sekalian/ kaumnya itu. Kemudian daripada sampai Rasul astananya/, maka
Rasulullah berbaring-baring.
Kemudian/ daripada itu maka berfirman hak subhanallahu watangala kepada/
malaikat Jabrail.
Demikian firmanNya, “Hai Jabrail, pergilah/ engkau seraya bawa olehmu
malaikat maut kepada keka/sihku Muhammad, Rasulullah, karena aku pengen
sekali.”
Kemudian/, maka malaikat Jabrail itu lalu mohon sembah kepada/ Tuhan
Rabbul ngarsyil karim. Maka lalu berjalanlah// kedua malaikat itu membawa
firman Allah mendatangkan/ Rasulullah barang seketika jua.
Sampai ke hadapan Rasulullah/, maka Rasulullah melihat kepada malaikat
yang kedua itu/ seraya bangkitlah daripada berbaring-baring itu. Kemudian, maka
sabda/ yang kedua itu memberi salam Rasulullah.
Demikian salamnya/, “Assalamu’alayka ya Akhi.”
Maka pun dijawabnya oleh Rasulullah/ itu salamnya, “’Alayka
‘alaihissalam yaa Sodaraku Jabrail.”
Dan lagi/ Rasulullah bertanya kepada Jabrail, “Ya Jabrail/ siapa namanya
itu sayyid yang mengaku akan tuan/ hamba?”
Maka dijawab oleh Jabrail, “Ya Rasulullah, yaitulah/ nama malaikat maut
itu. Apakah kehendaknya tuan datang/ berhadapan kepada hamba atau hendak
mengambil nyawaku kemudian/.”
Maka dijawab oleh malaikat maut, “Ya Rasulullah hamba/ ini karena
disuruh oleh Tuhan Yang Maha Tinggi ber/hadap kepada tuan hamba karena disuruh
mengambil/ nyawa engkau sebab Tuhan itu amat pengen sekali// dan lagi karena
tiada lagi yang terlebih daripada sekalian melainkan/ tuan jua nabi yang
menjadi kekasih sayang Allah itu/ dan lagi tuan hamba disuruh oleh Allah
subhanallahu watangala/ membaca satu ayat ini.”
Maka lalu Rasulullah membaca demikian/ bunyinya, “Innaka mayyitu tsumma
innaka yaumal qiyamah takhtasimuun/.”
Kemudian daripada membaca ayat itu maka tahulah Rasulullah/ itu karena
menjadi tanda pulang ke Rahmatullah seraya menangis-nangis/ dan berkata-kata
pula ketika itu.
Demikian katanya “Hai Jabrail/ aku menangis-nangis ini bukannya aku
berat akan dunia dan/ bukan sebab berat kepada sohabat dan bukan sebab
bercerai/ dengan umi salamah dan ngaisah dan khatijah dan/ maimunah dan kepada
anak Abu Qosim dan Fatimah dan/ Hasan dan Husaain bukan sekali karena hamba
menangis/ ini sebab kasih akan sekalian umatku karena aku/ disuruh pulang ke
Rahmatullah karena umatku jikalau/ mati tiada membawa iman demikian tangisku
ini//.”
Syahdan kemudian maka datang lagi satu malaikat yang/ bernama malaikat
Mikail seraya memberi salam akan Rasulullah/.
Demikian salamnya, “Assalamu ngalaika ya Sayyidi Rasulullah/.”
Maka dijawab oleh Rasulullah salamnya itu, “Ngalaika/ ngalaihissalam ya
malaikat mikali dan mikail/ itu menyuruh akan membaca suatu surat Innalillahi/
wa innailaihi roji’un lalu dibaca oleh Rasulullah/.
Rasulullah ayat itu adapun kemudian daripada mambaca/ ayat itu maka
memanggil Rasulullah dewi ngaisah/.
Demikian katanya “Hai Ngaisah inilah kami memberi/ salam kepada Ngaisah
dari karena salamku ini/ itu tiada penghabisan bertemu di dalam dunia ini dan/
lagi. Hai Ngaisah engkau tiada mendengar tatkala/ kau membaca Qur’an dan engkau
belum tahu ada satu/ orang datang berhadap kepadaku itu karena yang datang itu/
hendak memberceraikan yakni hendak mencabut nyawaku//.”
Maka lalu bercerai-cerai nabi itu tidurnya dengan ngaisah/ dan fatimah.
Syahdan kemudian daripada berkata-kata Rasulullah/ maka sekalian yang
mendengarkan kata nabi itu pada menangis /gempar seraya masing-masing
menangisnya dan lakunya / setengahnya menjerit-jerit dan berjanggut-janggut
akan rambutnya /itu dan berpukul-pukulan akan dadanya sebab terlalu /sangat
sedihnya dan adapula.
Maka berkata lagi demikian/lah katanya, “Siapa lagi yang akanikut karena
hatiku/ini terlalu masygul rasanya karenabercerai dengan /kekasih Allah subhanallahu
watangala itukarena siapa lagi/ yang mengajari akan daku kepada jalan yang
benarnya itu.”
Kemudian /maka kedengaran oleh Rasulullah
maka bersabda Rasulullah/ kepada ngaisah dan kepada Fatimah kepada
sekaliannyademikian /katanya, “Hai Ngaisah dan sekalian Engkau maka jangan/
sekali-kali Engkau itu masygul dengan menangisi ber/ janggut-jangut kepada
rambut dan berpukul-pukul akan// dada kita itu(b) karena pekerjaan yang demikian ituharam
karena/ Allah itu tiada memberi izin pekerjaan yang demikian /itu melainkan
sekedar mengalir air matanya dan/ sedih hati jua.”
Maka lalu memanggil pegang olehmu kepalaku anaknya/
yaitu dewi Fatimah namanya katanya, “Hai Engkau Fatimah/marilah Engkau
karenaaku/.”
Fatimah memegang seraya mencium akan Rasulullah /ituseraya menangis juga
makakata Rasulullah/, “HaiFatimah janganlah Kaumengagungkan menangis karenaaku
berhadap akan Tuhan yang maha besar itu tertahanlah/ sebab mendengar tangis kita.”
Maka menjawab Fatimah/ itu, “Hai bundaku Rasulullah karena aku bertahan/
bercerai dengan bundaku inidan aku itu menjadi /seorang yatimdan aku itu kepada siapa yang aku mengikut/.”
Dan berkata pula Rasulullah demikian/ katanya, “Hai Fatimah diamlah engkau//.Karenaada juga yang engkau ikut itu kepada(terdapat kata
yang tidak jelas penulisan serta pelafalannya) dan nanti/serta berhadap kepada Allah Ta’ala memohonkan taufiq./
Kemudian maka berkata Fatimah, “Hai bundaku karena tinggal/ beberapa
lagi kau bertemu dengan bundaku itu karena aku/ tiada mau jauh dan aku lebih
daripada supaya sekali hatiku/ ini. Sebab belum habislah tangisku terjadi maka
kepada/ yang bundaku ini.
Itu adapun kemudian daripada itu maka/ Rasulullah bersabda lagi demikian katanya, “hai Fatimah/ dengarlah (tidak jelas penulisan serta
pelafalannya: mungkin kata tersebut dapat dibaca ilham)Daripada/ perkataan bunda kita karena/ Engkau
itu jangan sekali lagi bertemu kita dengan bunda/ ketika di padang mahsyar.”
Maka berkata Fatimah, “Hai Bundaku/, jika aku tiada bertemu di padang
mahsyar itu maka daripada/ aku ini bertemu dengan bunda itu. Hai Fatimah jika
tiada/ bertemu di situ maka yaitu di titian shirotol/ mustaqim. Syahdan
kemudian daripada itu, ketika Rasulullah/ berkata-kata dengan Fatimah maka
datanglah sayyidina Jabrail//(b).dan sayyidina Mikail ngalaihissalam\ seraya memberi salam/ dan lagi.
Lalu duduk Jabrail sebelah kanan Rasulullah/ dan Mikail sebelah kiri
Rasulullah kemudian maka berkata/ lagi Rasulullah dengan Fatimah sebab belum puas pada/ perjanjiannya, “Hai
bundaku jika tiada bertemu di situ\
di mana lagi aku hendak bertemu dengan bundaku itu.”/
Makabersabdalah lagi Rasulullah(tambahan: hai anakku fatimah/jika tiada bertemu disana maka bertemu juga tatkala
bundaku/ duduk pada “tak dapat dibaca teksnya”ketika bunda
memberi/....... sekalian kaum yang mukmin kemudian maka/ .... fatimah... katanya hai bundaku,/ jika tiada bertemu disatu darimana lah dia bertemu kau/ itu maka sebab rasullullah” Hai fatimah, tatkala
bunda/ berhadap kan Allah .... umat yang diceritakan/ daripada di padang mahsyar jika tiada bunda di/padang maka ya umat lah di dalam neraka// (5)engkau bertemu dengan bunda itu syahdan
kemudian daripada itu/)
Maka bersabdalah lagi rasulullah kepada Bilal. Demikian sabdanya/, “Hai
Bilal, sesungguhnya aku memberi salam kepadanya/, maka yaitulah salamku
penghabisan bertemu di dalam/ dunia ini dan lagi mudah-mudahan Engkau
dipertemukan/ dengan aku daripada hari kiamat.”
Kemudian,
daripada mendengarkan/ kata Rasullullah Bilal itu maka lalu juga menangis/
serta menjerit-jerit suaranya.
Demikian tangis Bilal itu/, “Hai Junjunganku, Rasullullah siapa lagi
yang mengajar/ diri hamba ini akan jalan yang sempurna?”
Maka sekalian orang mendengarkan perkataan nabi itu sekalian pada
menangis/. Juga sahabat yang empat terlalu amat ribut sekalian/ sebab bicaranya
dengan kekasih Allah subhanallahu watangala/ itu.
Adapun kemudian daripada itu/, maka lalu nabi itu memanggil Ngali
Radiallahunganhu dan anak Ngabas kerena/ disuruh memegang tangan Rasullullah
karena hendak// pergi ke masjid dan lagi berkata Rasullullahdemikian/ katanya,
“Hai Ngali dan anak Ngabas maka jangan sekali/, maka bersyukurlah berjalan
ini, maka perlahan jauh.”
Kemudian/ maka sampai kepada
pintu masjid itu, kemudian makaSayyid/ Abu Bakar melihat Rasullullah ketika di
atas mimbar/. Sayyid itu maka lalu turunlah memburu sekalian/ orang karena
berkhidmat akan Rasullullah serta ber/gemparnya pada menangis dan tetapi Sayyid
Abu Bakar/ itu belum membaca akan khotbah itu. Kemudian maka/ lalu Rasullullah (terdapat teks yg tdk
jelas) ke dalam Masjid Maka/, adapun kemudian
daripada itu maka/ sekalian orang/ hadir di dalam masjid itu.
Maka berkata kepada Rasullullah/ demikian katanya, “Hai Junjunganku,
Rasullulllah belum/ juga membaca akan khotbah itu karena Abu Bakar itu/ tiada
habis membacanya karena sebab menangisnya/ tiada tertahankan menahan nafsunya
sebab sedihnya.”//
(6)Kemudian maka lalu Bilal itu adzan, maka lalu Rasullullah
itu/ berdiri sembahyang sunnat jamangah dan/ Abu Bakar sebelah kanan
Rasullullah dan Umar sebelah/ kiri dan Usman dan Ali dan Hasan dan Husein/
daripada berlakang nabi. Kemudian daripada sembahyang sunnat/, maka lalu Bilal
berdiri karena mengangkat nabi ke atas/ mimbar lalu adzan Bilal Itu. kemudian maka lalu Rasullullah/ membaca akan
khotbah serta digemparkan suaranya/. Maka sekaliannya orang mendengarkan
Rasullullah pada/ sedih serta menangis dan\ tercengang-cengang sekaliannya./
Syahdan kemudian daripada membacakan khotbah. Maka/ lalu Bilal qomat
maka Rasullullah pun berjalan/ karena menjadi imam sembahyang. Kemudian
daripada/ sembahyang maka sekalian kaumnya itu pada mengunjungi/ kepada
Rasullullah. Maka lalu duduklah Rasullullah/ karena berkata sekalian orang yang
ada disitu//(B) orang
besar dan orang kecil tua/ dan orang muda.
Demikian sabdanya Rasullullah, “Ketahui olehmu/ sekalian bahwasanya aku
ini disuruh pulang ke rahmat/ Allah disuruh oleh Tuhan Rabbil Ngalamin dan lagi/
jikalau ada curang atau apa-apa atau yang dipukul dengan/ kami maka yaitu
hendak membayar utang karena kami/ itu takut didakwa di hadapan Qodhi Rabbun
Jalil/ Al Akbar. Maka jawab olehmu hai sekalian orang/ hadir.”
Maka sekalian orang itu tiada yang menyahutnya/ melainkan pada menangis juga
dan lagi nabi itu/ mengatakan seperti kata dahulu. Maka tiada yang menyahut/
itu.
Kemudian berkata lagi nabi demikian katanya/, “Hai sekalian umatku
Engkau itu jangan takut/ dan jangan malu menjawab akan kataku. Maka/ kata itu
karena Allah juga karena kami ini hendak/ membayar utang.”
Maka dengan takdir Allah tangala ada satu//(7) orang yang menyahut akan kata Rasullullah
itu dan lagi/ didekatinya itu orang di belakang sekalian orang yang banyak/.
Namanya Aqosah demikian katanya hai junjunganku Rasul Allah/ tangan yang kena
pukul oleh tuan/ tatkala tuan pergi perang sabilillah ketika tuan hendak
mengendarai/ kuda. Maka tatkala itu memukul tuan kepada hamba ini/ waba’dahu.
Kemudian daripada itu maka Rasullullah berkata/ lagi demikian katanya, “Hai
Bilal, Aqosah, maka segeralah/ engkau pergi ke rumah Fatimah karena ambil
olehmu/ cemeti kuda kami karena kami ini hendak membayar/ utang dari karena aku ini takut didakwa aku ngaku/ di hadapan Qadhi Rabbul Jalil
al-Akbar”.
Syahdan kemudian/ daripada itu, maka kedengaran oleh Abu Bakar perkataan/
dan Aqosah itu.
Maka mengatakan Abu Bakar, “Hai Aqosah/, jangan sekali-kali engkau memukul akan Rasullullah/ itu karena
mengatakan seperti kata yang dahulu// itu karena nabi sangat sakit. Maka lebih
baik aku juga/ dipukul dengan Aqosah.”
Maka\
kedengaran Abu Bakar oleh Rasullullah/.
“Hai Abu Bakar, janganlah engkau melarang akan Aqosah/ karena aku ingin
hendak membayar utang. Maka segeralah/ Aqosah berjalan ke rumah Fatimah! Ambil olehmu/ cemeti
kuda!”
Maka Bilal lalu berjalan. Barang sampai/ ke rumah Fatimah, maka
berkata-kata Bilal kepada Fatimah/.
“Aku ini berhadap kepadanya karena disuruh/Rasulullah mengambil cemeti kudamengambil cemeti kuda karena Rasul/ Allah itu
mau membayar utang akan kami.”
Adapun/ kemudian daripada itu, maka Fatimah mendengar perkataan/ Aqosah
itu terlebih ribut sekali-kali serta tiada/ mau memberikan akan pemukul itu.
Padahal berkata/ lagi Fatimah.
Demikian katanya, “Hai mana Bilal, maka/ janganlah memukul kepada
bapakku karena bapakku itu/ setengah sakit. Terlebih baik aku juga dipukul// itu.”
Kemudian maka menjawab Aqosah kepada Fatimah, “Hai/ Fatimah, jangan
engkau berkata-kata seperti yang demikian itu/ karena Rasullullah hendak membayar
utang akan daku.”
Kemudian/ maka diambil cemeti oleh Fatimah itu, lalu diberikan/ kepada
Aqosah serta dengan tangisnya Aqosah. Itu/ kemudian maka lalu pergi berjalan
serta dengan tangisnya/ Aqosah.
Maka seketika juga datang Aqosah itu kemudian/ Rasullullah ada di dalam
masjid. Lalu diberikan cemeti/ itu kepada Rasullullah, kemudian maka
dikembalikan lagi/ kepada Aqosah karena disuruh ia pukulkan.
Kemudian/ maka kedengaran oleh Abu Bakar. Katanya, “Hai Aqosah/,
janganlah Rasullullah dipukul. Lebih baik aku juga/ pukul.”
Itu maka hujjah-berhujjahlah Aqosah kepada Abu Bakar/, “Hai Sayyid Abu
Bakar, jika aku memukul kepada orang, padahal/ aku itu tiada dipukul dahulu,
rasaku/ dosa sekali tetapi sekalian yang hadir Itu seperti// perkataan Abu Bakar, jawab Aqosah itu, lunas/
juga nafsunya kemudian.
Maka berkata, sabda Rasullullah/ kepada Aqosah, “Hai Aqosah, lekaslah
kau balas pukul/.”
Maka Aqosah berkata, “Ya Rasullullah, tatkala hamba dipukul/ oleh tuan
maka tiada memakai kain
baju.”
Maka/ Rasullullah hendak mengulurkan kainnya. Maka ketika itu/,
datanglah Dewi Fatimah serta berdiri di pintu masjid seraya/ berkata-kata
kepada sekalian orang banyak itu.
Demikian/ katanya, “Hai sekalian orang yang hadir di sini, aku mubaligh/,
maka janganlah memukul kepada bundaku.”
Kemudian perkataan/ itu kedengaran oleh sekalian orang yang banyak itu.
Kemudian/ maka berkata-kata lagi Aqosah seperti kata yang dahulu(...)/. Waba’dahu, kemudian daripada itu, maka
Rasullullah lalu mengulurkan/ kainnya bajunya. Baju yang Maka Aqosah itu seperti memburu/
Rasullullah, mencium wudelnya Rasullullah. Tetapi/ pemukul itu dia lepaskan ke
belakangnya bukan// dipukulkan kepada Rasullullah padahal yang dimaksud
demikian/ juga, dan lagi ketika mencium, berkata-kata serta menangis.
Demikian/ katanya, “Hai junjunganku Rasullullah, hamba ini mendapat suka
cita/ hamba serta rupanya yang dahulu amat mencuri cahayanya Allah gilang/
gumilang kilau-kilauan serta harum baunya seperti kasturi/.”
Maka sekalian orang itu melihat kepada Aqosah. Maka hatinya
tercengang-cengang/ sebab kiranya serta pada memegangkan akan tangan Aqosah itu/.
Kemudian maka sabda Rasulullah kepada sekalian orang itu.
Demikian/ katanya, “Hai sekalian umatku, jika kita hendak tahu/ kepada
orang assurga itu maka yaitulah seperti Aqosah/ juga demikian.”
Syahdan maka lalu Rasullullah memberi/ petuah akan sekalian umatnya,
seperti kita.
“Maka baik –baiklah/ memelihara akan daripada imannya dan sembahyang dan/
puasa dan naik haji dan mengeluarkan zakat/ dan fitrah pada masanya maka jangan
sekali-kali dilupakan/ akan perjanjian aku ini serta engkau kasih kepada// anak
yatim karena mudah-mudahan dilepaskan daripada/ api neraka kepadanya.
Maka jika aku sudah pulang ke rahmatullah/, maka yaitu Abu Bakar yang
menjadi imam sekalian.”
Maka/ adapun sekalian orang mendengarkan perkataan Rasullullah/ terlalu
amat sedihnya. Kemudian maka memanggil Rasullullah/ kepada Abu Bakar Sidiq
karena disuruh memanggil baginda/ Ali karena kami seperti uzur. Maka sekalian
itu datang/ Ali.
Maka bersabda Rasullullah, “Hai Ali dan anak Abbas/, sesungguhnya kami
ini sangat sekali rasanya itu.”
Maka/ Ali dan anak Abbas lalu akan nabi itu berangkat/ kepada rumahnya
dewi Aisyah seraya perlahan/ juga. Maka lalu berbaring-baring nabi karena sedih/
dekat akan pulangnya dan lagi Maemunah daripada/ kiri nabi dan Khatijah di
hadapan dan Ummi Salamah/ sebelah kanan dan Hasan Husein di belakang. Maka/
sekaliannya habislah pada menangis.
Syahdan kemudian// daripada itu, maka datang malaikat maut seraya
merupakan orang / muda berdiri di luar pintu rumah dan berkata-kata.
Demikian/ katanya, “Ya Khotimah Nabiy, aku mau masuk ke dalam rumah tuan/
hamba karena aku hendak melihat kepada kekasih Allah Tangala.”
Kemudian/ maka kedengaran oleh Fatimah. Maka dijawab bahwa, “Siapa
berkata-kata/ di luar pintu rumah serta siapa orangnya meminta pintu/, maka
janganlah karena bundaku sangat sakit.”
Kemudian/ maka menyeru lagi malaikat maut itu meminta masuk karena/
sudah hampir pulangnya. Makalalu kedengaran oleh Rasullullah/ suaranya.
Maka bersabda nabi kepada Fatimah/, “Hai Fatimah, engkau ini belum tahu
akan nama yang menyeru diluar pintu/ itu”.
(tambahan: maka berkata Fatimah kepada bundanyahai
bundaku/ , belumlah juga akan nama yang namanya itu)
Maka lalu diberi/tahu Fatimah itu nama oleh Rasullullah, “Hai Fatimah,
maka yaitulah malaikul maut itu, bakal yang mem/berceraikan bunda itu dan yang
mengucurkan// air matanya”.
Maka lalu Fatimah itumambukakan/ pintu serta menangis. Maka lalu masuk
malaikul maut/ ke istananya nabi serta memberi salam.
Demikian salamnya,/ “Assalamu’alaikum ya khotamun nabi”.
Maka dijawab oleh/ nabi, “Wa’alaikum Salam Ya Malaikul Maut”.
Lalu berkata-kata/ malaikul maut itu, “Hai Rasullullah, aku berdatang/
kepada hadapan tuan hamba karena disuruh/ oleh Tuhan yang Maha Tinggi karena
disuruh mengambil/ ruh tuan hamba dari karena Tuhan Yang Maha Tinggi/ itu amat
pengen kepada tuan hamba dari karena, dan/ lagi sekalian pintu langit itu
berbuka karena/ menantikan tuan hamba, dan sekalian malaikat yang/ tujuh lapis langit
itu turun seraya aku dan/ Arsy menggerakkan dirinya karena terlebih sukanya/
bakal kedatangan ruh tuan hamba.”
Demikian kemudian/ maka bersabda Rasullullah, “Hai Malaikul Maut,
baikanlah karena// hamba ridho juga disuruh diambil/ nyawa itu tetapi hamba
hendak bertemu dengan saudara, /yaitu Jabrail, karena aku hendak berjanji”.
Kemudian/ maka memohon malaikul maut akan nabi itu karena hendak/
mendapatkan Jabrail.
Maka seketika itu sampai kepada langit/ yang pertama seraya bertemu
dengan malaikat Jabrail maka/ lalu bertanya malaikat Jabarail itu katanya, “Hai
Malakul/ Maut, sudahlah diambilnya ruh kekasih itu?”
Maka/ dijawab oleh malakul maut, “Hai Jabrail, belum juga karena/
kekasih itu hendak bertemu dengan engkau karena hendak/ berjanji-janji”.
Seraya kemudian, maka turunlah Jabrail mendapatkan/ nabi dan sekalian
malaikat yang banyak seraya berhadap/ dan memberi salam akan Rasullullah.
Demikian salamnya, “Asaalamu/’alaikum ya Tuan, ya Suruhku, Rasullullah.”
Maka lalu/ dijawab oleh Rasullullah, “Alaika ‘Alaihisalam,/ ya Saudara
Jibrail, ya Saudaraku. Terlalu amal// tiada bertemu karena hamba ini jangan
dijatuhkan pada masa/ ini.”
Innaka, lalu bersabda lagi kepada demikian katanya/, “Ketahuilah olehmu
bahwasanya jika bunda sudah pulang/ maka baik engkau memilihara wasiat bunda,
dan lagi kita ini/ jangan bersangkal, dan hamba Anakku, Fatimah, karena/ bunda
hendak bercium”.
Maka lalu memeluk Fatimah kepadanya/ seraya dijawab oleh bundanya, serta
tiada putus-putus/ menangis.
Maka lalu Rasullullah berpalingkan mukanya mula/ ke kanan serta memohon
akan Allah Subhanallahu Watangala/ supaya lepaslah daripada bebannya. Kemudian
maka sekalian/ pada sedihlah. Seperti Umi Salamah dan Abu Qosim dan Hasan/ dan
Husein maka sekaliannya itu sedih juga.
Waba’dahu, kemudian/ daripada pulangnya Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam itu, maka/ sekalian umatnya itu masing-masing suara tangisnya.
Maka/ setengah ada yang mengetahui sekalian taulanku bersungguh/
menjuang-juangkan akan pesan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar