Disusun oleh
LIA NOVIASTUTI
10210141017
BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2012-2013
2012-2013
PERBANDINGANLEGENDA “JAKA TARUB” DENGAN LEGENDA
“TANABATA”
Oleh Lia Noviastuti
10210141017
1.
Pengantar
1.1 Latar Belakang
Kajian ini akan membahas tentang
perbandingan legenda. Legenda tersebut menurut KBBI adalah cerita rakyat pada
zaman dulu yang mempunyai sejarah.Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip
dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci dan
oleh yang empu- nya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi dan juga
telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya.Berbeda
dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada kalanya mempunyai sifat-sifat
luar biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib.Peristiwanya
bersifat sekuler (keduniawian), dan sering dipandang sebagai sejarah kolektif.
Oleh karena itu, legenda seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif
(folkstory). Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah
tersebut telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda
dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak
dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah maka legenda
harus bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.
Adapun
ciri-ciri legenda sebagai berikut.
1. Oleh yang empunya
cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh- sungguh pernah terjadi.
2. Bersifat sekuler
(keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di
dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam legenda adalah
manusia.
3. “Sejarah” kolektif,
maksudnya sejarah yang banyak mengalami distorsi karena seringkali dapat jauh
berbeda dengan kisah aslinya.
4. Bersifat migration
yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang
berbeda.
5. Bersifat siklus,
yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu,
misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Panji.
Dalam beberapa daerah yang berbeda, legenda dapat
menunjukkan kesamaan. Namun tentu dengan tokoh dan latar yang berbeda. Salah
satu legenda semacam itu adalah legenda Jaka Tarub dari Jawa Tengah dan
Tanabata dari Prefectur Kagawa (Jepang). Dua legenda ini sama-sama menceritakan
tentang seorang tokoh laki-laki yang bertemu beberapa bidadari yang sedang
mandi di sebuah danau.Cerita dari
awal sampai akhir hampir mirip.Hanya legenda Tanabata cerita akhirnya diceritakan
secara mendetail.
2. Pembahasan
2.1 Deskripsi
karya sastra yang diperbandingkan.
JAKA TARUB
Jaka Tarub adalah seorang yang
mempunyai kesaktian.Pekerjaannya adalah di hutan, ntah berburu atau menimba
ilmu.Suatu hari disaat bulan purnama, terdengar suara merdu gadis yang sedang
bercanda di danau.Jaka Tarub mengintip dan tahu bahwa ada yang sedang mandi di
danau.Jaka Tarub lalu mengambil satu kain yang ada di tepi danau.Setelah
semuanya menggunakan pakaiannya masing-masing gadis itu lalu terbang ke langit,
Jaka Tarub baru menyadari, bahwa yang sedang mandi di danau tersebut adalah
seorang bidadari dari kayangan.Mendengar bahwa ada salah satu bidadari menangis
karena pakaiannya hilang, Jaka Tarub lalu mengiburnya dan memberikannya dia
selembar kain untuk menutupi tubuhnya.Tetapi Jaka Tarub enggan mengembalikan
kain milik bidadari tersebut.Bidadari itu namanya Nawang Wulan.Jaka Tarub dan
Nawang Wulan akhirnya menikah.
Sejak Jaka Tarub hidup bersama
Nawang Wulan, kondisi perekonomiannya sangat makmur.Mereka dikaruniai seorang
anak.Panennya melimpah dan lumbung selalu dipenuhi oleh
padi tanpa pernah berkekurangan. Pakaian Nawang Wulan disembunyikan Jaka Tarub
di dalam lumbung yang selalu penuh.Setelah
Jaka Tarub hidup bahagia, terusiklah rasa ingin tahu Jaka Tarub.Setiap hari ia
dan keluarganya selalu makan nasi, namun lumbung selalu tidak pernah berkurang
seolah tak ada padi yang dipakai untuk mereka makan.
Suatu hari Nawang Wulan hendak
pergi ke sungai.Ia berpesan pada suaminya supaya menjaga api tungku di dapur,
namun melarangnya untuk membuka tutup periuk. Jaka Tarub melakukan pesan
istrinya, namun rasa penasaran yang sudah dipendamnya sejak lama akhirnya
membuatnya melanggar larangan yang sudah dipesankan.Dibukanya tutup periuk dan
di dalamnya ternyata hanya ada satu butir beras.Rupanya selama ini Nawang Wulan
hanya membutuhkan sebutir beras untuk memenuhi kebutuhan nasi mereka sekeluarga
dalam sehari.Ketika Nawang Wulan pulang dan membuka tutup periuk, hanya ada
sebutir beras di dalamnya. Marahlah Nawang Wulan karena suaminya telah
melanggar larangannya, dan ia pun menjadi sedih karena sejak saat itu ia harus
memasak nasi seperti manusia biasa. Ia harus bersusah payah menumbuk padi
banyak- banyak menjadi beras sebelum kemudian menanaknya menjadi nasi. Akibatnya
karena dipakai terus menerus, lama kelamaan persediaan padi di lumbung Jaka
Tarub semakin menyusut.Pelan tapi pasti, padi mereka semakin habis, sementara
musim panen masih belum tiba.Ketika suatu hari Nawang Wulan kembali mengambil
padi untuk ditumbuk, dilihatnya seonggok kain yang tersembul di balik tumpukan
padi.Ketika ditarik dan diperhatikan, teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah
pakaian bidadarinya.“Rupanya selama ini Jaka Tarub yang menyembunyikan
pakaianku.Dan karena isi lumbung terus berkurang pada akhirnya aku bisa
menemukannya kembali.Ini pasti sudah menjadi kehendak Yang Di Atas,”
pikirnya.Nawang Wulan kemudian mengenakan pakaian bidadarinya dan mengambil
kainnya.Ia lalu menemui Jaka Tarub untuk berpamitan dan memintanya merawat anak
mereka baik-baik.
Jaka Tarub memohon dengan sangat
agar istrinya tidak meninggalkannya, namun sudah takdir Nawang Wulan untuk
kembali ke khayangan dan berpisah dengannya.“Kenanglah aku ketika melihat
bulan. Aku akan menghiburmu dari atas sana,” kata Nawang Wulan. Ia pun kemudian
terbang ke langit menuju khayangan, meninggalkan Jaka Tarub yang menangis dalam
penyesalan.
TANABATA
Berabad – abad yang lalu, hiduplah seorang
pemuda di sebuah desa kecil, Kengyu namanya.Kengyu hanya seorang petani biasa,
tapi dia adalah seorang pemuda jujur dan pekerja keras. Pada suatu hari dalam
perjalanan pulang dari ladang, ia melihat sehelai jubah yang indah sekali.
Belum pernah ia melihat kain yang seindah itu. Ia kemudian memasukkan jubah itu
ke dalam tas yang dibawanya dan iapun berbalik hendak berjalan menjauhi tempat
itu.
Tiba – tiba terdengarlah sebuah suara merdu
yang menegurnya, memintanya mengembalikan jubah yang tadi dipungutnya.Kengyu
menoleh dan terkesima karena tepat di depannya berdirilah seorang gadis yang
paling cantik yang pernah dilihatnya.Gadis itu bernama Orihime. Orihime berkata
bahwa ia adalah seorang putri dari kahyangan. Ia turun ke bumi untuk mandi di
telaga dan tanpa jubah itu Orihime tak bisa kembali ke kahyangan.
Kengyu yang telah jatuh hati pada Orihime menolak
mengembalikan jubah itu. Akhirnya ia mengajak Orihime yang sedang menangis itu
untuk tinggal bersamanya karena Orihime tak bisa kembali ke kahyangan. Orihime
setuju.Tak lama kemudian merekapun menikah dan hidup
berbahagia.
Tahun demi tahun berlalu, suatu hari Orihime
sedang membersihkan rumah dan tiba – tiba ia menemukan jubahnya terjepit di
kayu penahan atap rumah mereka. Orihime merasa marah dan mengambil jubah itu.
Sore hari saat Kengyu kembali dari ladang,
Orihime sudah mengenakan jubah itu dan menunggunya.Orihime perlahan – lahan
mulai melayang meninggalkan bumi.Kengyu menangis dan memohon supaya Orihime
memaafkan dirinya dan tetap tinggal bersamanya. Orihime memandang suaminya dan
berkata, “ Jika kau mencintaiku, anyamlah seribu pasang sandal yang terbuat
dari jerami dan kuburkanlah sandal – sandal itu di sekitar pohon bambu yang
tumbuh di kebun kita. Jika kau melakukan hal yang kukatakan tadi, maka kita
pasti akan bisa bertemu kembali“. Setelah itu Orihimepun lenyap dari pandangan
dan kembali ke kahyangan.
Kengyu sangat sedih, tapi ia tahu apa yang
harus ia lakukan. Mulai hari itu ia mulai membuat sandal jerami. Ia menganyam
siang dan malam tanpa henti. Akhirnya ia berhasil menyelesaikan sandal jerami
terakhir dan mengubur semuanya di sekitar pohon bambu.
Tiba – tiba pohon bambu itu bertambah besar
dan tinggi dalam seketika.Pohon itu terus tumbuh tinggi hingga hampir menyentuh
langit. Kengyu tidak menyadari karena ia begitu ingin bertemu dengan Orihime,
ia hanya membuat 999 sandal jerami. Kurang sedikit lagi saja, maka pohon itu
bisa mencapai pintu gerbang kahyangan. Kengyu tidak bisa masuk, ia hanya bisa
berteriak – teriak memanggil nama istrinya, “ Orihime…Orihimeee “.
Orihime akhirnya mendengar teriakan suaminya
dan menarik suaminya naik ke kahyangan.Kengyu sangat bahagia bisa berjumpa
dengan istrinya lagi, begitu juga dengan Orihime.
Sayangnya ayah Orihime tidak menyukai
menantunya.Beliau tidak suka anaknya menikahi manusia biasa.Dengan harapan
untuk dapat memisahkan anaknya dan Kengyu, ayah Orihime memberi Kengyu tugas
yang berat. ” Jagalah ladang melon milik para dewa selama tiga hari dan tiga
malam ” sabda ayah Orihime. Orihime yang turut mendengar perintah
ayahnya, diam – diam menemui Kengyu untuk memberi petunjuk. ” Ladang melon para
dewa sangat luas dan matahari akan bersinar sangat terik. Kau akan menjadi
sangat haus, meskipun begitu, jangan sekali – kali kau memakan buah melon para
dewa tersebut. Sesuatu yang buruk akan terjadi pada kita jika kau memakan buah
itu.” kata Orihime.Kengyu berjanji untuk mematuhi nasehat istrinya.
Pada hari ketiga, Kengyu tak kuasa menahan
rasa lelah dan haus akibat panas matahari yang terus menerus bersinar.Ia
mengambil sebuah melon dan membelahnya. Begitu melon itu terbelah, air mengucur
deras dari dalam melon itu dan membentuk sebuah sungai yang mengalir deras.Lalu
muncul sebuah kekuatan tak terlihat yang menarik Kengyu dan mengembalikannya
lagi ke bumi.Ia tidak bisa kembali ke kahyangan lagi karena aliran sungai deras
tadi.
Orihime menangis sedih karena kehilangan
suaminya, dia meratap dan memohon pada ayahandanya untuk dapat dipersatukan
lagi dengan suaminya.Akhirnya ayah Orihime jatuh kasian dan mengizinkan Orihime
bertemu Kengyu satu kali dalam setahun, yaitu pada malam tanggal 7 Juli.Orihime
dan Kengyu kemudian menjelma menjadi bintang di langit, bintang Vega dan
Altair. Setiap tanggal 7 Juli malam, kedua bintang ini akan bersinar dengan
terang dan indahnya dan saling bertemu di gugusan bima sakti. Gugusan bima
sakti ini adalah sungai yang diciptakan oleh ayah Orihime.
2.2 Identifikasi
titik mirip
Sesuai dengan tujuan kajian, maka kegiatan perbandingan
antara dua cerpen tersebut dengan
menggunakan analisis perbandingan struktural.Titik yang paling mirip adalah kesamaan latar,
keduanya berkisah dengan latar dunia/ bumi. Tetapi karena berasal dari daerah
yang berbeda, keduanya pun memiliki latar sosial budaya yang berbeda. Jaka
Tarub berlatarkan kehidupan sosial budaya Jawa, sedang Tanabata berlatarkan
sosial budaya Jepang. Dalam hal ini kajian perbandingan dibatasi pada tiga
masalah, yaitu (a) alur, (b) penokohan, dan (c) tema.
a. Alur
Alur pada
dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling
berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami pleh para tokoh.Alur tidak hanya mengemukakan
apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Alur biasa
disebut juga susunan cerita atau jalan cerita.
Alur dari
legenda Jaka Tarub disusun sedemikian rupa sehingga bisa mencapai klimaks pada
akhir cerita.Begitu juga dengan Tanabata, alur yang dibangun mirip dengan Jaka
Tarub.Kedua legenda ini menggunakan alur maju.
JAKA TARUB
Ø Pengenalan situasi cerita (exposition)
Jaka Tarub
ceritanya diawali dengan tokoh utama yaitu Jaka Tarub sedang berjalan-jalan
dihutan dan mendengar suara merdu gading yang sedang mandi di danau.Jaka Tarub
lalu penasaran dan mengintipnya.Kemudian Jaka Tarub mengambil salah satu kain
gadis itu.
Ø Pengungkapan peristiwa (complication)
Jaka
Tarub baru menyadari bahwa gadis yang denagn mandi di danau tersebut adalah
para bidadari dari kayangan.Jaka Tarub mendengar suara tangis seorang bidadari
tersebut lalu menhiburkan.Terbesik niat jahat Jaka Tarub untuk tidak mengembalikan
kain milik salah satu bidadari tersebut.Bidadari itu bernama Nawang Wulan.
Ø Menuju konflik (rising action)
Jaka Tarub dan
Nawang Wulan akhirnya menikah dan kebutuhan perekonomiannya makmur.Mereka
dikaruniai seorang anak.Hidup bahagia dan tidak pernah kehabisan padi untuk
dijakdikan nasi.
Ø Puncak konflik (turning point)
Rasa
ingin tahu Jaka Tarub muncul, ia merasa penasaran dengan padi yang tak pernah
habis. Jaka Tarub melanggar pesan istrinya, ia membuka tutup
periuk dan di dalamnya ternyata hanya ada satu butir beras. Nawang Wulan tahu dan akhirnya marah karena suaminya telah melanggar larangannya, dan ia pun menjadi sedih
karena sejak saat itu ia harus memasak nasi seperti manusia biasa.Ketika suatu
hari Nawang Wulan kembali mengambil padi untuk ditumbuk, dilihatnya seonggok
kain yang tersembul di balik tumpukan padi. Ketika ditarik dan diperhatikan,
teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah pakaian bidadarinya.
Ø Penyelesaian (ending)
Setelah
Nawang wulan tahu bahwa yang mencuri kainnya adalah Jaka Tarub.Maka Nawang
Wulan langsung terbang dan meninggalkan Jaka Tarub dan anaknya.Nawang Wulan
berpesan kepada Jaka Tarub untuk bisa menemuinya setiap bulang purnama.Tampak
ada rasa penyesalan dari diri Jaka Tarub.
TANABATA
Ø Pengenalan situasi cerita (exposition)
Tanabata diawali
dengan tokoh utama bernama Kengyu, adalah seorang pekerja keras dan hidup di
bumi.Ketika Kengyu pulang dari ladang melihat sehelai jubah yang indah. Kengyu
mengambilnya dan menaruhnya di tas. Kengyu tiba-tiba mendengar suara merdu dari
danau.. Kengyu menoleh dan terkesima karena tepat
di depannya berdirilah seorang gadis yang paling cantik yang pernah
dilihatnya.Gadis itu bernama Orihime. Orihime berkata bahwa ia adalah seorang
putri dari kayangan. Ia turun ke bumi untuk mandi di telaga dan tanpa jubah itu
Orihime tak bisa kembali ke kahyangan.
Ø Pengungkapan peristiwa (complication)
Kengyu yang telah jatuh
hati pada Orihime menolak mengembalikan jubah itu. Akhirnya ia mengajak Orihime
yang sedang menangis itu untuk tinggal bersamanya karena Orihime tak bisa
kembali ke kahyangan. Orihime setuju.Tak lama kemudian merekapun menikah dan
hidup berbahagia. Tahun demi tahun berlalu, suatu hari Orihime sedang
membersihkan rumah dan tiba – tiba ia menemukan jubahnya terjepit di kayu
penahan atap rumah mereka. Orihime merasa marah dan mengambil jubah itu.
Ø Menuju konflik (rising action)
Sore hari saat Kengyu
kembali dari ladang, Orihime sudah mengenakan jubah itu dan menunggunya.Orihime
perlahan – lahan mulai melayang meninggalkan bumi.Kengyu menangis dan memohon
supaya Orihime memaafkan dirinya dan tetap tinggal bersamanya. Orihime
memandang suaminya dan berkata, “ Jika kau mencintaiku, anyamlah seribu pasang
sandal yang terbuat dari jerami dan kuburkanlah sandal – sandal itu di sekitar
pohon bambu yang tumbuh di kebun kita. Jika kau melakukan hal yang kukatakan
tadi, maka kita pasti akan bisa bertemu kembali“. Setelah itu Orihimepun lenyap
dari pandangan dan kembali ke kahyangan.
Ø Puncak konflik (turning point)
Kengyu lalu memulai membuat
1000 pasang sandal jemari.Ia menganyam siang dan malam tanpa henti. Akhirnya ia
berhasil menyelesaikan sandal jerami terakhir dan mengubur semuanya di sekitar
pohon bambu.
Tiba – tiba pohon bambu itu
bertambah besar dan tinggi dalam seketika.Pohon itu terus tumbuh tinggi hingga
hampir menyentuh langit. Kengyu tidak menyadari karena ia begitu ingin bertemu
dengan Orihime, ia hanya membuat 999 sandal jerami. Kurang sedikit lagi saja,
maka pohon itu bisa mencapai pintu gerbang kahyangan. Kengyu tidak bisa masuk,
ia hanya bisa berteriak – teriak memanggil nama istrinya, “ Orihime…Orihimeee
“.
Orihime akhirnya mendengar
teriakan suaminya dan menarik suaminya naik ke kahyangan.Kengyu sangat bahagia
bisa berjumpa dengan istrinya lagi, begitu juga dengan Orihime.
Sayangnya ayah Orihime
tidak menyukai menantunya.Beliau tidak suka anaknya menikahi manusia
biasa.Dengan harapan untuk dapat memisahkan anaknya dan Kengyu, ayah Orihime
memberi Kengyu tugas yang berat. ” Jagalah ladang melon milik para dewa selama
tiga hari dan tiga malam ” sabda ayah Orihime. Orihime yang turut
mendengar perintah ayahnya, diam – diam menemui Kengyu untuk memberi petunjuk.
” Ladang melon para dewa sangat luas dan matahari akan bersinar sangat terik.
Kau akan menjadi sangat haus, meskipun begitu, jangan sekali – kali kau memakan
buah melon para dewa tersebut. Sesuatu yang buruk akan terjadi pada kita jika
kau memakan buah itu.” kata Orihime.Kengyu berjanji untuk mematuhi nasehat
istrinya.
Ø Penyelesaian (ending)
Pada hari ketiga, Kengyu
sudah tidak bisa menahan rasa hausnya.Ia mengambil satu buah melon dan
membelahnya. Aliran sungai yang deras dari buah melon tersebut.Kengyu mengalir
ke bumi terbawa arus tersebut.Orihime menangis sedih karena kehilangan
suaminya, dia meratap dan memohon pada ayahandanya untuk dapat dipersatukan
lagi dengan suaminya.Akhirnya ayah Orihime jatuh kasian dan mengizinkan Orihime
bertemu Kengyu satu kali dalam setahun, yaitu pada malam tanggal 7 Juli.Orihime
dan Kengyu kemudian menjelma menjadi bintang di langit, bintang Vega dan
Altair. Setiap tanggal 7 Juli malam, kedua bintang ini akan bersinar dengan
terang dan indahnya dan saling bertemu di gugusan bima sakti. Gugusan bima
sakti ini adalah sungai yang diciptakan oleh ayah Orihime.
b. Penokohan
Tokoh adalah para pelaku
yang terdapat dalam sebuah fiksi.Dalam sebuah fiksi, sering dipergunakan
istilah-ilstilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau
karalter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjukkan pengertian yang
hampir sama.
Didalam
legenda Jaka Tarub tokoh utamanya adalah Jaka Tarub.Seorang yang pekerjaannya
di hutan, ntah berburu atau mencari ilmu.Penokohan Jaka Tarub adalah gegabah,
berfikiran pendek dan egois.Sedangkan dalam legenda Tanabata tokoh utamanya
adalah Kengyu, seorang yang gegebah, egois dan berfikiran pendek. Tokoh utama
dalam kedua legenda ini hampir sama persis.
Bidadari
yang diceritakan dalam legenda Jaka Tarub bernama Nawang Wulan, seorang
bidadari dari kayangan yang berhati besar, pemaaf dan penyayang.Sedangkan dalam
legenda Tanabata bernama Orihime, seorang yang sabar, pemaaf dan penyayang.
Dari kedua legenda tersebut, tokoh bidadari hampir sama persis.
3. Tema
Setelah diidentifikasikan,
tema dari kedua legenda tersebut adalah kisah hidup seorang pemuda desa yang
mempunyai istri seorang bidadari. Penceritaan dari awal hingga akhir hampir
sama persis. Diceritakan bahwa Jaka Tarub bertemu Nawang Wulan di danau,
sedangkan Kengyu bertemu dengan Orihime di danau juga.Jaka Tarub dan Kengyu,
Nawang Wulan dan Orihime mempunyai kesamaan dari segi sifat.
2.3 Data titik mirip
Jaka Tarub
|
Tanabata
|
Jaka
Tarub dari hutan akan pulang ke rumah melewati danau mendengar suara
perempuan dari danau
|
Kengyu
dari ladang akan pulang ke rumah melewati danau mendengar suara perempuan
dari danau
|
Jaka
Tarub lalu mengambil satu kain
|
Kengyu
mengambil satu kain
|
Jaka
Tarub kagum melihat salah satu bidadari tidak bisa pulang ke kayangan karena
kainnya hilang. Bidadari itu bernama Nawang Wulan
|
Kengyu
kagum melihat salah satu bidadari tidak bisa pulang ke kayangan karena
kainnya hilang. Bidadari itu bernama Orihime.
|
Jaka
Tarub lalu membawa Nawang wulan pulang
|
Kengyu
lalu membawa Orihime Pulang
|
Jaka
Tarub dan Nawang Wulan menikah dan mempunyai seorang anak.
|
Kengyu
dan Orihime menikah dan mempunyai seorang anak.
|
Mereka
hidup bahagia
|
Mereka
hidup bahagia
|
Nawang
Wulan menemukan kainnya yang berada di tumpukan padi
|
Orihime
menemukan kainnya terselip di atas atap rumah
|
Nawang
Wulan kembali ke kayangan dengan berpesan kepada Jaka Tarub bahwa jika
dirinya bisa menemuinya kembali saat bulan purnama tiba
|
Orihime
kembali ke kayangan dengan berpesan kepada Kengyu bahwa jika ingin menemuinya
harus membuat 1000 pasang sandal jemari
|
2.4 Interpretasi
Dari kedua cerita di atas
maka ada terdapat amanat yang terkandung di dalamnya. Amanat tersebut adalah
jangan pernah menyembunyikan sesuatu karena pada akhirnya akan ketahuan dan
justru akan lebih menyakitkan kalau dia mengetahui apa yang kita sembunyikan.
Kita sebagai manusia, pasti mempunyai kesalahan oleh karena itu hendaknya kita
saling memaafkan.Hendaknya kita mampu menjaga kepercayaan yang diamanatkan orang terhadap
kita.
3. Kesimpulan
Dari analisis di
atas dapat disimpulkan bahwa kemiripan diantara legenda Jaka Tarub dan Tanabata
terletak pada unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerita.Kesamaan latar, keduanya berkisah dengan latar dunia/ bumi. Tetapi
karena berasal dari daerah yang berbeda, keduanya pun memiliki latar sosial
budaya yang berbeda. Jaka Tarub berlatarkan kehidupan sosial budaya Jawa,
sedang Tanabata berlatarkan sosial budaya Jepang.Kesamaan alur, keduanya menggunakan alur maju.Kesamaan tokoh, kedua
legenda tersebut tokoh utamanya digambarkan hidup di bumi dan mempunyai sifat
egois, berfikiran pendek dan gegabah, sedangkan tokoh bidadari tersebut
digambarkan cantik dan penyanyang, sabar dan pemaaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar