Minggu, 19 Januari 2014

PERBANDINGAN LEGENDA “JAKA TARUB” DENGAN LEGENDA “TANABATA”


Disusun oleh
LIA NOVIASTUTI
10210141017



BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012-2013










PERBANDINGANLEGENDAJAKA TARUB” DENGAN LEGENDA “TANABATA”


Oleh Lia Noviastuti
10210141017



1.      Pengantar
1.1 Latar Belakang
            Kajian ini akan membahas tentang perbandingan legenda. Legenda tersebut menurut KBBI adalah cerita rakyat pada zaman dulu yang mempunyai sejarah.Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci dan oleh yang empu- nya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi dan juga telah dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya.Berbeda dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib.Peristiwanya bersifat sekuler (keduniawian), dan sering dipandang sebagai sejarah kolektif. Oleh karena itu,  legenda seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif (folkstory).  Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut  telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan  kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan  sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah maka legenda harus  bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.
Adapun  ciri-ciri legenda sebagai berikut.
1.      Oleh yang empunya cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh- sungguh pernah terjadi.
2.      Bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam legenda adalah manusia.
3.      “Sejarah” kolektif, maksudnya sejarah yang banyak mengalami distorsi karena seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
4.      Bersifat migration yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda.
5.      Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu, misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Panji.
Dalam beberapa daerah yang berbeda, legenda dapat menunjukkan kesamaan. Namun tentu dengan tokoh dan latar yang berbeda. Salah satu legenda semacam itu adalah legenda Jaka Tarub dari Jawa Tengah dan Tanabata dari Prefectur Kagawa (Jepang). Dua legenda ini sama-sama menceritakan tentang seorang tokoh laki-laki yang bertemu beberapa bidadari yang sedang mandi di sebuah danau.Cerita dari awal sampai akhir hampir mirip.Hanya legenda Tanabata cerita akhirnya diceritakan secara mendetail.


2.      Pembahasan
2.1  Deskripsi karya sastra yang diperbandingkan.
JAKA TARUB
Jaka Tarub adalah seorang yang mempunyai kesaktian.Pekerjaannya adalah di hutan, ntah berburu atau menimba ilmu.Suatu hari disaat bulan purnama, terdengar suara merdu gadis yang sedang bercanda di danau.Jaka Tarub mengintip dan tahu bahwa ada yang sedang mandi di danau.Jaka Tarub lalu mengambil satu kain yang ada di tepi danau.Setelah semuanya menggunakan pakaiannya masing-masing gadis itu lalu terbang ke langit, Jaka Tarub baru menyadari, bahwa yang sedang mandi di danau tersebut adalah seorang bidadari dari kayangan.Mendengar bahwa ada salah satu bidadari menangis karena pakaiannya hilang, Jaka Tarub lalu mengiburnya dan memberikannya dia selembar kain untuk menutupi tubuhnya.Tetapi Jaka Tarub enggan mengembalikan kain milik bidadari tersebut.Bidadari itu namanya Nawang Wulan.Jaka Tarub dan Nawang Wulan akhirnya menikah.
Sejak Jaka Tarub hidup bersama Nawang Wulan, kondisi perekonomiannya sangat makmur.Mereka dikaruniai seorang anak.Panennya melimpah dan lumbung selalu dipenuhi oleh padi tanpa pernah berkekurangan. Pakaian Nawang Wulan disembunyikan Jaka Tarub di dalam lumbung yang selalu penuh.Setelah Jaka Tarub hidup bahagia, terusiklah rasa ingin tahu Jaka Tarub.Setiap hari ia dan keluarganya selalu makan nasi, namun lumbung selalu tidak pernah berkurang seolah tak ada padi yang dipakai untuk mereka makan.
Suatu hari Nawang Wulan hendak pergi ke sungai.Ia berpesan pada suaminya supaya menjaga api tungku di dapur, namun melarangnya untuk membuka tutup periuk. Jaka Tarub melakukan pesan istrinya, namun rasa penasaran yang sudah dipendamnya sejak lama akhirnya membuatnya melanggar larangan yang sudah dipesankan.Dibukanya tutup periuk dan di dalamnya ternyata hanya ada satu butir beras.Rupanya selama ini Nawang Wulan hanya membutuhkan sebutir beras untuk memenuhi kebutuhan nasi mereka sekeluarga dalam sehari.Ketika Nawang Wulan pulang dan membuka tutup periuk, hanya ada sebutir beras di dalamnya. Marahlah Nawang Wulan karena suaminya telah melanggar larangannya, dan ia pun menjadi sedih karena sejak saat itu ia harus memasak nasi seperti manusia biasa. Ia harus bersusah payah menumbuk padi banyak- banyak menjadi beras sebelum kemudian menanaknya menjadi nasi. Akibatnya karena dipakai terus menerus, lama kelamaan persediaan padi di lumbung Jaka Tarub semakin menyusut.Pelan tapi pasti, padi mereka semakin habis, sementara musim panen masih belum tiba.Ketika suatu hari Nawang Wulan kembali mengambil padi untuk ditumbuk, dilihatnya seonggok kain yang tersembul di balik tumpukan padi.Ketika ditarik dan diperhatikan, teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah pakaian bidadarinya.“Rupanya selama ini Jaka Tarub yang menyembunyikan pakaianku.Dan karena isi lumbung terus berkurang pada akhirnya aku bisa menemukannya kembali.Ini pasti sudah menjadi kehendak Yang Di Atas,” pikirnya.Nawang Wulan kemudian mengenakan pakaian bidadarinya dan mengambil kainnya.Ia lalu menemui Jaka Tarub untuk berpamitan dan memintanya merawat anak mereka baik-baik.
Jaka Tarub memohon dengan sangat agar istrinya tidak meninggalkannya, namun sudah takdir Nawang Wulan untuk kembali ke khayangan dan berpisah dengannya.“Kenanglah aku ketika melihat bulan. Aku akan menghiburmu dari atas sana,” kata Nawang Wulan. Ia pun kemudian terbang ke langit menuju khayangan, meninggalkan Jaka Tarub yang menangis dalam penyesalan.

TANABATA

Berabad – abad yang lalu, hiduplah seorang pemuda di sebuah desa kecil, Kengyu namanya.Kengyu hanya seorang petani biasa, tapi dia adalah seorang pemuda jujur dan pekerja keras. Pada suatu hari dalam perjalanan pulang dari ladang, ia melihat sehelai jubah yang indah sekali. Belum pernah ia melihat kain yang seindah itu. Ia kemudian memasukkan jubah itu ke dalam tas yang dibawanya dan iapun berbalik hendak berjalan menjauhi tempat itu.
Tiba – tiba terdengarlah sebuah suara merdu yang menegurnya, memintanya mengembalikan jubah yang tadi dipungutnya.Kengyu menoleh dan terkesima karena tepat di depannya berdirilah seorang gadis yang paling cantik yang pernah dilihatnya.Gadis itu bernama Orihime. Orihime berkata bahwa ia adalah seorang putri dari kahyangan. Ia turun ke bumi untuk mandi di telaga dan tanpa jubah itu Orihime tak bisa kembali ke kahyangan.
Kengyu yang telah jatuh hati pada Orihime menolak mengembalikan jubah itu. Akhirnya ia mengajak Orihime yang sedang menangis itu untuk tinggal bersamanya karena Orihime tak bisa kembali ke kahyangan. Orihime setuju.Tak lama kemudian merekapun menikah dan hidup berbahagia.
Tahun demi tahun berlalu, suatu hari Orihime sedang membersihkan rumah dan tiba – tiba ia menemukan jubahnya terjepit di kayu penahan atap rumah mereka. Orihime merasa marah dan mengambil jubah itu.
Sore hari saat Kengyu kembali dari ladang, Orihime sudah mengenakan jubah itu dan menunggunya.Orihime perlahan – lahan mulai melayang meninggalkan bumi.Kengyu menangis dan memohon supaya Orihime memaafkan dirinya dan tetap tinggal bersamanya. Orihime memandang suaminya dan berkata, “ Jika kau mencintaiku, anyamlah seribu pasang sandal yang terbuat dari jerami dan kuburkanlah sandal – sandal itu di sekitar pohon bambu yang tumbuh di kebun kita. Jika kau melakukan hal yang kukatakan tadi, maka kita pasti akan bisa bertemu kembali“. Setelah itu Orihimepun lenyap dari pandangan dan kembali ke kahyangan.
Kengyu sangat sedih, tapi ia tahu apa yang harus ia lakukan. Mulai hari itu ia mulai membuat sandal jerami. Ia menganyam siang dan malam tanpa henti. Akhirnya ia berhasil menyelesaikan sandal jerami terakhir dan mengubur semuanya di sekitar pohon bambu.
Tiba – tiba pohon bambu itu bertambah besar dan tinggi dalam seketika.Pohon itu terus tumbuh tinggi hingga hampir menyentuh langit. Kengyu tidak menyadari karena ia begitu ingin bertemu dengan Orihime, ia hanya membuat 999 sandal jerami. Kurang sedikit lagi saja, maka pohon itu bisa mencapai pintu gerbang kahyangan. Kengyu tidak bisa masuk, ia hanya bisa berteriak – teriak memanggil nama istrinya, “ Orihime…Orihimeee “.
Orihime akhirnya mendengar teriakan suaminya dan menarik suaminya naik ke kahyangan.Kengyu sangat bahagia bisa berjumpa dengan istrinya lagi, begitu juga dengan Orihime.
Sayangnya ayah Orihime tidak menyukai menantunya.Beliau tidak suka anaknya menikahi manusia biasa.Dengan harapan untuk dapat memisahkan anaknya dan Kengyu, ayah Orihime memberi Kengyu tugas yang berat. ” Jagalah ladang melon milik para dewa selama tiga hari dan tiga malam ” sabda ayah Orihime.  Orihime yang turut mendengar perintah ayahnya, diam – diam menemui Kengyu untuk memberi petunjuk. ” Ladang melon para dewa sangat luas dan matahari akan bersinar sangat terik. Kau akan menjadi sangat haus, meskipun begitu, jangan sekali – kali kau memakan buah melon para dewa tersebut. Sesuatu yang buruk akan terjadi pada kita jika kau memakan buah itu.” kata Orihime.Kengyu berjanji untuk mematuhi nasehat istrinya.
Pada hari ketiga, Kengyu tak kuasa menahan rasa lelah dan haus akibat panas matahari yang terus menerus bersinar.Ia mengambil sebuah melon dan membelahnya. Begitu melon itu terbelah, air mengucur deras dari dalam melon itu dan membentuk sebuah sungai yang mengalir deras.Lalu muncul sebuah kekuatan tak terlihat yang menarik Kengyu dan mengembalikannya lagi ke bumi.Ia tidak bisa kembali ke kahyangan lagi karena aliran sungai deras tadi.
Orihime menangis sedih karena kehilangan suaminya, dia meratap dan memohon pada ayahandanya untuk dapat dipersatukan lagi dengan suaminya.Akhirnya ayah Orihime jatuh kasian dan mengizinkan Orihime bertemu Kengyu satu kali dalam setahun, yaitu pada malam tanggal 7 Juli.Orihime dan Kengyu kemudian menjelma menjadi bintang di langit, bintang Vega dan Altair. Setiap tanggal 7 Juli malam, kedua bintang ini akan bersinar dengan terang dan indahnya dan saling bertemu di gugusan bima sakti. Gugusan bima sakti ini adalah sungai yang diciptakan oleh ayah Orihime.

2.2  Identifikasi titik mirip
Sesuai dengan tujuan kajian, maka kegiatan perbandingan antara dua cerpen  tersebut dengan menggunakan analisis perbandingan struktural.Titik yang paling mirip adalah kesamaan latar, keduanya berkisah dengan latar dunia/ bumi. Tetapi karena berasal dari daerah yang berbeda, keduanya pun memiliki latar sosial budaya yang berbeda. Jaka Tarub berlatarkan kehidupan sosial budaya Jawa, sedang Tanabata berlatarkan sosial budaya Jepang. Dalam hal ini kajian perbandingan dibatasi pada tiga masalah, yaitu (a) alur, (b) penokohan, dan (c) tema.

a.      Alur
Alur pada dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami pleh para tokoh.Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita.
Alur dari legenda Jaka Tarub disusun sedemikian rupa sehingga bisa mencapai klimaks pada akhir cerita.Begitu juga dengan Tanabata, alur yang dibangun mirip dengan Jaka Tarub.Kedua legenda ini menggunakan alur maju.
JAKA TARUB
Ø    Pengenalan situasi cerita (exposition)
Jaka Tarub ceritanya diawali dengan tokoh utama yaitu Jaka Tarub sedang berjalan-jalan dihutan dan mendengar suara merdu gading yang sedang mandi di danau.Jaka Tarub lalu penasaran dan mengintipnya.Kemudian Jaka Tarub mengambil salah satu kain gadis itu.
Ø    Pengungkapan peristiwa (complication)
Jaka Tarub baru menyadari bahwa gadis yang denagn mandi di danau tersebut adalah para bidadari dari kayangan.Jaka Tarub mendengar suara tangis seorang bidadari tersebut lalu menhiburkan.Terbesik niat jahat Jaka Tarub untuk tidak mengembalikan kain milik salah satu bidadari tersebut.Bidadari itu bernama Nawang Wulan.
Ø    Menuju konflik (rising action)
Jaka Tarub dan Nawang Wulan akhirnya menikah dan kebutuhan perekonomiannya makmur.Mereka dikaruniai seorang anak.Hidup bahagia dan tidak pernah kehabisan padi untuk dijakdikan nasi.
Ø    Puncak konflik (turning point)
Rasa ingin tahu Jaka Tarub muncul, ia merasa penasaran dengan padi yang tak pernah habis. Jaka Tarub melanggar pesan istrinya, ia membuka tutup periuk dan di dalamnya ternyata hanya ada satu butir beras. Nawang Wulan tahu dan akhirnya marah karena suaminya telah melanggar larangannya, dan ia pun menjadi sedih karena sejak saat itu ia harus memasak nasi seperti manusia biasa.Ketika suatu hari Nawang Wulan kembali mengambil padi untuk ditumbuk, dilihatnya seonggok kain yang tersembul di balik tumpukan padi. Ketika ditarik dan diperhatikan, teringatlah Nawang Wulan kalau itu adalah pakaian bidadarinya.
Ø    Penyelesaian (ending)
Setelah Nawang wulan tahu bahwa yang mencuri kainnya adalah Jaka Tarub.Maka Nawang Wulan langsung terbang dan meninggalkan Jaka Tarub dan anaknya.Nawang Wulan berpesan kepada Jaka Tarub untuk bisa menemuinya setiap bulang purnama.Tampak ada rasa penyesalan dari diri Jaka Tarub.

            TANABATA
Ø    Pengenalan situasi cerita (exposition)
Tanabata diawali dengan tokoh utama bernama Kengyu, adalah seorang pekerja keras dan hidup di bumi.Ketika Kengyu pulang dari ladang melihat sehelai jubah yang indah. Kengyu mengambilnya dan menaruhnya di tas. Kengyu tiba-tiba mendengar suara merdu dari danau.. Kengyu menoleh dan terkesima karena tepat di depannya berdirilah seorang gadis yang paling cantik yang pernah dilihatnya.Gadis itu bernama Orihime. Orihime berkata bahwa ia adalah seorang putri dari kayangan. Ia turun ke bumi untuk mandi di telaga dan tanpa jubah itu Orihime tak bisa kembali ke kahyangan.
Ø    Pengungkapan peristiwa (complication)
Kengyu yang telah jatuh hati pada Orihime menolak mengembalikan jubah itu. Akhirnya ia mengajak Orihime yang sedang menangis itu untuk tinggal bersamanya karena Orihime tak bisa kembali ke kahyangan. Orihime setuju.Tak lama kemudian merekapun menikah dan hidup berbahagia. Tahun demi tahun berlalu, suatu hari Orihime sedang membersihkan rumah dan tiba – tiba ia menemukan jubahnya terjepit di kayu penahan atap rumah mereka. Orihime merasa marah dan mengambil jubah itu.
Ø    Menuju konflik (rising action)
Sore hari saat Kengyu kembali dari ladang, Orihime sudah mengenakan jubah itu dan menunggunya.Orihime perlahan – lahan mulai melayang meninggalkan bumi.Kengyu menangis dan memohon supaya Orihime memaafkan dirinya dan tetap tinggal bersamanya. Orihime memandang suaminya dan berkata, “ Jika kau mencintaiku, anyamlah seribu pasang sandal yang terbuat dari jerami dan kuburkanlah sandal – sandal itu di sekitar pohon bambu yang tumbuh di kebun kita. Jika kau melakukan hal yang kukatakan tadi, maka kita pasti akan bisa bertemu kembali“. Setelah itu Orihimepun lenyap dari pandangan dan kembali ke kahyangan.
Ø    Puncak konflik (turning point)
Kengyu lalu memulai membuat 1000 pasang sandal jemari.Ia menganyam siang dan malam tanpa henti. Akhirnya ia berhasil menyelesaikan sandal jerami terakhir dan mengubur semuanya di sekitar pohon bambu.
Tiba – tiba pohon bambu itu bertambah besar dan tinggi dalam seketika.Pohon itu terus tumbuh tinggi hingga hampir menyentuh langit. Kengyu tidak menyadari karena ia begitu ingin bertemu dengan Orihime, ia hanya membuat 999 sandal jerami. Kurang sedikit lagi saja, maka pohon itu bisa mencapai pintu gerbang kahyangan. Kengyu tidak bisa masuk, ia hanya bisa berteriak – teriak memanggil nama istrinya, “ Orihime…Orihimeee “.
Orihime akhirnya mendengar teriakan suaminya dan menarik suaminya naik ke kahyangan.Kengyu sangat bahagia bisa berjumpa dengan istrinya lagi, begitu juga dengan Orihime.
Sayangnya ayah Orihime tidak menyukai menantunya.Beliau tidak suka anaknya menikahi manusia biasa.Dengan harapan untuk dapat memisahkan anaknya dan Kengyu, ayah Orihime memberi Kengyu tugas yang berat. ” Jagalah ladang melon milik para dewa selama tiga hari dan tiga malam ” sabda ayah Orihime.  Orihime yang turut mendengar perintah ayahnya, diam – diam menemui Kengyu untuk memberi petunjuk. ” Ladang melon para dewa sangat luas dan matahari akan bersinar sangat terik. Kau akan menjadi sangat haus, meskipun begitu, jangan sekali – kali kau memakan buah melon para dewa tersebut. Sesuatu yang buruk akan terjadi pada kita jika kau memakan buah itu.” kata Orihime.Kengyu berjanji untuk mematuhi nasehat istrinya.
Ø    Penyelesaian (ending)
Pada hari ketiga, Kengyu sudah tidak bisa menahan rasa hausnya.Ia mengambil satu buah melon dan membelahnya. Aliran sungai yang deras dari buah melon tersebut.Kengyu mengalir ke bumi terbawa arus tersebut.Orihime menangis sedih karena kehilangan suaminya, dia meratap dan memohon pada ayahandanya untuk dapat dipersatukan lagi dengan suaminya.Akhirnya ayah Orihime jatuh kasian dan mengizinkan Orihime bertemu Kengyu satu kali dalam setahun, yaitu pada malam tanggal 7 Juli.Orihime dan Kengyu kemudian menjelma menjadi bintang di langit, bintang Vega dan Altair. Setiap tanggal 7 Juli malam, kedua bintang ini akan bersinar dengan terang dan indahnya dan saling bertemu di gugusan bima sakti. Gugusan bima sakti ini adalah sungai yang diciptakan oleh ayah Orihime.
b.      Penokohan
Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi.Dalam sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-ilstilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karalter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjukkan pengertian yang hampir sama.
            Didalam legenda Jaka Tarub tokoh utamanya adalah Jaka Tarub.Seorang yang pekerjaannya di hutan, ntah berburu atau mencari ilmu.Penokohan Jaka Tarub adalah gegabah, berfikiran pendek dan egois.Sedangkan dalam legenda Tanabata tokoh utamanya adalah Kengyu, seorang yang gegebah, egois dan berfikiran pendek. Tokoh utama dalam kedua legenda ini hampir sama persis.
            Bidadari yang diceritakan dalam legenda Jaka Tarub bernama Nawang Wulan, seorang bidadari dari kayangan yang berhati besar, pemaaf dan penyayang.Sedangkan dalam legenda Tanabata bernama Orihime, seorang yang sabar, pemaaf dan penyayang. Dari kedua legenda tersebut, tokoh bidadari hampir sama persis.
3.      Tema
Setelah diidentifikasikan, tema dari kedua legenda tersebut adalah kisah hidup seorang pemuda desa yang mempunyai istri seorang bidadari. Penceritaan dari awal hingga akhir hampir sama persis. Diceritakan bahwa Jaka Tarub bertemu Nawang Wulan di danau, sedangkan Kengyu bertemu dengan Orihime di danau juga.Jaka Tarub dan Kengyu, Nawang Wulan dan Orihime mempunyai kesamaan dari segi sifat.

2.3  Data titik mirip
Jaka Tarub
Tanabata
Jaka Tarub dari hutan akan pulang ke rumah melewati danau mendengar suara perempuan dari danau
Kengyu dari ladang akan pulang ke rumah melewati danau mendengar suara perempuan dari danau
Jaka Tarub lalu mengambil satu kain
Kengyu mengambil satu kain
Jaka Tarub kagum melihat salah satu bidadari tidak bisa pulang ke kayangan karena kainnya hilang. Bidadari itu bernama Nawang Wulan
Kengyu kagum melihat salah satu bidadari tidak bisa pulang ke kayangan karena kainnya hilang. Bidadari itu bernama Orihime.
Jaka Tarub lalu membawa Nawang wulan pulang
Kengyu lalu membawa Orihime Pulang
Jaka Tarub dan Nawang Wulan menikah dan mempunyai seorang anak.
Kengyu dan Orihime menikah dan mempunyai seorang anak.
Mereka hidup bahagia
Mereka hidup bahagia
Nawang Wulan menemukan kainnya yang berada di tumpukan padi
Orihime menemukan kainnya terselip di atas atap rumah
Nawang Wulan kembali ke kayangan dengan berpesan kepada Jaka Tarub bahwa jika dirinya bisa menemuinya kembali saat bulan purnama tiba
Orihime kembali ke kayangan dengan berpesan kepada Kengyu bahwa jika ingin menemuinya harus membuat 1000 pasang sandal jemari

2.4  Interpretasi
Dari kedua cerita di atas maka ada terdapat amanat yang terkandung di dalamnya. Amanat tersebut adalah jangan pernah menyembunyikan sesuatu karena pada akhirnya akan ketahuan dan justru akan lebih menyakitkan kalau dia mengetahui apa yang kita sembunyikan. Kita sebagai manusia, pasti mempunyai kesalahan oleh karena itu hendaknya kita saling memaafkan.Hendaknya kita mampu menjaga kepercayaan yang diamanatkan orang terhadap kita.

3.      Kesimpulan
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kemiripan diantara legenda Jaka Tarub dan Tanabata terletak pada unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerita.Kesamaan latar, keduanya berkisah dengan latar dunia/ bumi. Tetapi karena berasal dari daerah yang berbeda, keduanya pun memiliki latar sosial budaya yang berbeda. Jaka Tarub berlatarkan kehidupan sosial budaya Jawa, sedang Tanabata berlatarkan sosial budaya Jepang.Kesamaan alur, keduanya menggunakan alur maju.Kesamaan tokoh, kedua legenda tersebut tokoh utamanya digambarkan hidup di bumi dan mempunyai sifat egois, berfikiran pendek dan gegabah, sedangkan tokoh bidadari tersebut digambarkan cantik dan penyanyang, sabar dan pemaaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar